Jumat, 30 September 2016

BARONG IDER BUMI

    Barong Ider Bumi adalah agenda tahunan yang rutin diadakan oleh masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Acara ini diadakan dengan swadaya masyarakat dan pemerintah Kabupaten Banyuwangi memasukkan atraksi Barong Ider Bumi sebagai salah satu rangkaian agenda Pariwisata Banyuwangi Festival. Barong adalah semacam kostum dengan topeng dan pernak-pernik sebagai gambaran hewan yang menakutkan. Dalam kepercayaan masyarakat suku Osing, Barong dipercaya sebagai lambang kebaikan yang mempunyai kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Masyarakat suku Osing percaya jika mengadakan tradisi Barong Ider Bumi, maka kehidupan setahun kedepan akan membahagiakan. Tradisi Budaya ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Yang Kuasa atas Karunia-NYA yang telah memberikan kententraman dan kemakmuran pada warga Desa Kemiren. Selain itu juga suku Osing percaya kalau tradisi ini digunakan untuk menghilangkan bala bencana. Tradisi Barong Ider Bumi dilaksanakan pada dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Kata Ider Bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu Ider dan Bumi. Ider berarti mengelilingi / berkelling, dan Bumi artinya jagat/ tempat berpijak. Ider Bumi mempunyai arti mengelilingi tempat yang dipijak, intinya arti dari Barong Ider Bumi adalah mengarak barong mengelilingi desa. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa rombongan yang mengiringi barong saat berkelling desa. Di barisan depan adalah beberapa tokoh adat yang membawa bokor (warga Kemiren menyebutnya Lukiran) yang berisi uang logam Rp.100 berjumlah Rp.99.000 tepat, yang sudah dicampur beras kuning dan bunga sembilan warna. Lalu ada barisan 7 orang nenek yang mengenakan selendang berwarna putih polos dengan corak garis hitam yang disebut Selendang Solok. Saat mengikuti iring-iringan barong, nenek-nenek tersebut sambil nginang/nyusur, dengan mengunyah daun sirih bercampur kapur gamping yang biasa dilakukan dalam masyarakat sejak dulu untuk menjaga keawetan gigi. Sebelum barong diarak keliling Desa, para sesepuh memainkan angklung di Balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, seluruh warga Desa Kemiren keluar rumah lalu mulai berbaris mengajak barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat.
Masyarakat Using di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi memiliki tradisi Barong Ider Bumi yang di selenggarakan setelah hari raya Idul Fitri. Tradisi adat tersebut merupakan bersih desa agar terhindar dari marabahaya.
Tradisi Barong Ider Bumi diawali dengan "sembur othik-othik", yakni ritual melempar (menyembur) uang receh yang dicampur beras kuning dan bunga di sepanjang jalan yang menjadi simbol membuang masalah.
Selanjutnya masyarakat mengarak tiga barong Using dari gerbang masuk Desa Kemiren ke arah barat menuju tempat mangku barong dengan jarak sekitar dua kilometer. Di belakang barong, warga dan sesepuh ikut berjalan dengan membawa dupa serta membaca doa-doa keselamatan.
Barong adalah kostum dengan topeng dan aksesoris simbol dari hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat Using memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat.
Tradisi ini digelar masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug dan banyak orang yang meninggal. Selain itu ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.
Warga lalu mengadakan tirakatan dan tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit lewat mimpinya yaitu untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak bencana.
Suhaimi, ketua adat Desa Kemiren kepada Kompas.com Kamis (7/7/2016) menjelaskan setelah diarak maka barong akan kembali ke tempat mangku lalu dilanjutkan acara puncak yaitu kenduri dengan menu khas "pecel pitik" yang terbuat dari ayam kampung yang dibakar lalu dimasak dengan rempah dan parutan kelapa muda.
Makanan tersebut ditata sepanjang jalan desa. "Siapapun boleh makan dan bergabung di acara kenduri. Selain itu berdoa bersama untuk keselamatan," jelasnya.
Sementara itu Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda kepada Kompas.com menjelaskan Barong Ider Bumi ini salah satu agenda Banyuwangi Festival 2016 dan tahun ini sudah masuk tahun keempat.
"Ider bumi dilakukan untuk menguatkan tradisi lokal agar tidak punah, serta sebagai syi'ar agar budaya asli Banyuwangi bisa dikenal masyarakat luas," ujar MY Bramuda saat menghadiri acara tersebut.
Selain Barong Ider Bumi, tradisi adat lain yang digelar warga Banyuwangi dalam bulan Syawal adalah Seblang Olehsari di Desa Olehsari dan ritual Puter Kayun di Desa Boyolangy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar