Senin, 26 November 2018

Pantai Rajegwesi


Pariwisata banyuwangi yang terhits PANTAI RAJEGWESI

 








Today 27 November 2018. Banyuwangi bisa dibilang jadi favoritnya wisata Jawa Timur beberapa tahun terakhir ini. Promo yang gencar dilakukan pemerintah setempat dengan sejumlah event yang mereka adakan berhasil menarik wisatawan untuk bertandang dan mengeskplor keindahan Banyuwangi lebih mendalam lagi. Kunjungan wisatawan ke Banyuwangi pun kini tak hanya sekedar melihat keindahan si api biru Kawah Ijen namun juga ke sejumlah pantai di Banyuwangi yang memiliki keindahan yang tak kalah dengan daerah lain dan yang terpenting masih alami. Jadi pesona yang ditawarkan pun berlipat-lipat karena alamnya yang masih asri. Hal ini juga didukung dengan garis pantai yang dimiliki Banyuwangi cukup panjang, mencapai 175 km. Kadi tak heran kalau daerah dengan julukan the sunrise of Java ini memiliki pantai dengan pemandangan yang menakjubkan. Banyak pantai yang dulunya cukup asing di Banyuwangi kini begitu diminati wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara. Bahkan dari pantai-pantai tersebut menjadi favorit para pecinta surfing internasional karena ombaknya yang begitu menantang mereka. Misalnya saja Pantai Plengkung dan Pulau Merah. Masih ada lagi pantai yang lainnya yang tak kalah menakjubkan, seperti Pantai Green Bay, Pantai Pancur, dan tak ketinggalan Pantai Rajegwesi.
 








Pantai Rajegwesi sendiri berada di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaraha, Banyuwangi, dan masih termasuk dalam wilayah Taman Nasional Meru Betiri. Karenanya pantai ini pun dikelilingi dengan hutan tropis hijau yang menyejukkan mata kala memandang. Meski demikian, Pantai Rajegwesi memiliki ombak yang lebih kecil dibandingkan pantai di laut selatan pada umumnya. Karenanya banyak penduduk di sekitar pantai yang menjadi nelayan dan bisa melaut dengan tenang. Jajaran perahu yang ada di bibir pantai semakin mewarnai pemandangan yang ada di Pantai Rajewgwesi. Pantai ini memiliki pasir yang berwarna coklat karena tercampiur dengan endapan lumpur sungai yang terbawa hingga sampai di laut. Karena banyaknya nelayan yang berlabuh di pantai ini, di pagi hari daerah di bibir pantai menjadi sibuk dengan keramaian pelelangan ikan yang dilakukan nelayan dan pembeli yang  ingin mendapatkan ikan-ikan segar hasil tangkapan mereka.




 







Pantai Rajegwesi sendiri awalnya ditemukan pada masa kekuasaan Jepang dimana mereka membangun bunker pengintai di balik bukit capil yang ada di sebelah barat pantai. Bahkan nama rajegwesi sendiri berasal dari kekuatan pertahanan laut tentara Jepang kala itu yang diambil dari Bahasa Jawa. Kata rajeg bermakna tiang pancang sementara wesi berarti besi sehingga jika disatukan berarti tiang pancang dari besi. Namun sebenarnya tiang pancang yang ditancapkan Jepang di perairan Teluk Rajegwesi terbuat dari kayu jati yang memiliki kekuatan setara besi dan ditancapkan di mulut teluk dengan bersap dimana bagian depan dan belakangnya dibuat saing menutupi celah. Hal ini tentunya akan menyulitkan kapal musuh yang hendak menyusup ke bibir pantai. Dahulunya masih ada beberapa peninggalan Jepang yang tersisa di bunker tersebut, seperti meriam yang moncongnya langsung mengarah ke teluk Rajegwesi. Bukan saja meriamnya yang hilang diambil orang-orang tak bertanggung jawab, namun juga rajegwesinya. Tinggallah kini bunker Jepang ini sebagai bangunan tua yang disebut dengan nama goa Jepang oleh penduduk sekitar. Orang-orang yang tinggal di sekitar Pantai Rajegwesi juga kemungkinan ada yang keturunan orang Yogyakarta karena dahulu untuk menancapkan Rajegwesi, tentara Jepang membawa pekerja dari Yogyakarta untuk memasangnya.


 








Bukan saja sejarah Jepang yang menghilang di pantai ini, namun pantai ini juga sempat rusak terkena terjangan tsunami yang berlangsung pada 3 Juni 1994. Bukan saja area sekitar pantai rusak parah namun peristiwa tersebut juga menewaskan 200 orang. Namun kini dengan semakin banyaknya wisatawan yang bertandang ke pantai ini, membuat beberapa akses pantai ini diperbaiki. Meski untuk akses jalannya masih berlubang di sana-sini. Namun pemandangan yang ditawarkan pantai ini menjadi alasan wisatawan untuk bertandang. Bukan hanya pasirnya yang berwarna putih kecoklatan dan hutan tropis yang mengelilinginya, namu juga gugusan bukit di tepi teluk yang membuat topografi pantai begitu unik dan menjadi obyek yang menarik untuk pecinta landscape fotografi. Mau berenang, mandi, maupun snorkeling bisa dilakukan dengan aman karena ombaknya yang cenderung tenang. Sekedar bersantai pun juga bisa.
 






Akses Jalan
     Tidaklah sulit untuk menumpuh perjalan menuju destinasi wisata yang satu ini.bagi anda yang datang baik dari arah jember ataupun banyuwangi anda menuju kota jajag,dilanjutkan ke desa Pesanggaran, sarongan dan sampai di pantai Rajegwesi.
     Jalanan yang sengaja dibiarkan alami dan tidak beraspal akan anda temui di sepanjang jalan desa sarongan, jalanan berlumbur dan berlubang memberikan kesan petualangan dan advanture. Dari desa ini sepanjang mata memandang akan disuguhkan pemandangan hamparan perkebunan yang sangat luas, mulai dari pohon jati, sengon, perkebunan karet, coklat. Bagi anda yang beruntung anda akan bertemu satwa yang berkeliaran di perkebunan ini seperti kera hitam,burung elang dan satwa lainnya.
Bagaimana sudah mulai tertarik bukan, Jadi tunggu apalagi yuk kunjungi pantai Rajegresi !!

Kunjungi kuliner khas suku osing setiap malam minggu di Desa Olehsari Banyuwangi

Untuk menarik perhatian para wisatawan asing. Kuliner nasi tempong, nasi cawuk, kesrut ayam atau uyah asem, lodoh kupat, nasi pecel, kucur.

Kuliner khas suku osing
  • 11
    SHARES
Pariwisata Banyuwangi -Warga kampung yang didominasi etnis Osing kompak menggelar dagangan kuliner khas Suku Osing setiap malam minggu di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menarik perhatian para wisatawan asing.
Seperti kuliner nasi tempong, nasi cawuk, kesrut ayam atau uyah asem, lodoh kupat, nasi pecel, kucur, ketan kirip, cenil dan kopi bisa didapatkan dengan harga murah. Misalnya menu uyah asem yang tersedia dengan pilihan ayam kampung dan daging sapi, harganya Rp 12 ribu saja per porsi. Menu ini memiliki rasa khas asam segar dari Belimbing Wuluh dan sensasi pengar dari bahan bunga kecombrang yang oleh warga Banyuwangi biasa disebut bunga lucu.
Malam minggu pertama pasar kuliner kaget itu digelar, Sabtu (8/4), pengunjung berjubel di gang untuk memilih salah satu dari 25 penjual dengan sajian kuliner masing-masing. Instalasi lampu warna-warni membuat suasana nyaman dan semarak, sedangkan pembeli menikmati kuliner hasil belanja mereka dengan duduk di atas tikar teras rumah warga.
Camat Glagah Astorik mengatakan, berencana mengadakan pasar kuliner serupa di 8 desa dan kelurahan di kecamatanya setelah Desa Kemiren dengan jajanan minggu pagi dan kuliner malam minggu Olehsari. Gerakan itu sebagai upaya memanfaatkan bidang pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang tengah berkembang.
"Dalam persiapannya kami datangi warga satu per satu, kami beri pandangan bahwa kita harus mengambil peluang ini. Biar masyarakat merasakan bagaimana hasilnya kalau pariwisata sudah maju," kata Astorik.
Dalam kelanjutannya ke depan, setiap minggu pasar kuliner akan berpindah dari gang satu ke gang lain.
Seorang penjual di pasar jajan minggu pagi Desa Kemiren, dalam 2 jam saja, bisa memutar omset dagang sebesar Rp 500 ribu. Astorik berharap omset sebesar itu juga yang bakal dinikmati warga Desa Olehsari dengan kuliner malam minggu mereka.
"Kalau warga lakukan pekerjaan lain penghasilannya tidak sebanyak itu. Tambah lagi jualannya hanya 2 jam," tambahnya.
Di Olehsari, pasar kuliner malam minggu dibuka jam 6 petang hingga selesai.
Surit (34) salah satu penjual terlihat belum luwes melayani pembelinya. Maklum saja, dia belum terbiasa jualan, sedangkan pembeli malam itu pengantri sangat banyak.
"Saya masak 2 kilogram beras untuk menu ayam dan sapi kesrut. Sudah habis ini," kata Surit yang juga menjual kudapan tahu walik dan pelasan ikan ini.